Rabu, 30 Desember 2009

Perjuangkan Obsesimu Sampai Akhir Hayat

Khutbah Jum'at
31/12/2009 | 14 Muharram 1431 H
Oleh: Ulis Tofa, Lc
Kirim Print

dakwatuna.com – Subhanallah, cita-cita dan obsesi yang sangat besar dan sulit, namun dengan kesungguhan yang beliau miliki, cita-cita itu, satu demi satu bisa beliau raih. Obsesi sukses di dunia, tapi yang lebih penting adalah sukses di akhirat. Apalah arti sukses di dunia, tapi di akhirat sengsara berkepanjangan.

الحمد لله العزيز الغفار، العلي الجبار، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وعد التائبين بالسعادة بالجنة والسلامة من النار، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله المبعوث لإنقاذ البشرية من الشقاء في الدنيا وفي دار القرار.

اللهم صل وسلم وبارك وأنعم على سيد المستغفرين بالأسحار، وعلى آله وأصحابه الأخيار وعلى التابعين لهم بإحسان ما بقي الليل والنهار. أما بعد:

Momentum pergantian tahun, apakah tahun baru hijriyah atau tahun baru masehi di mata orang mukmin memiliki arti yang sangat mendalam. Pergantian waktu itu tidak lah terjadi begitu saja. Pergantian waktu menjadi bagian tanda-tanda kekuasaan Allah swt., sekaligus menjadi tadzkirah, pengingat bagi manusia bahwa setiap makhluk yang berada di muka bumi, pasti akan berlalu, berlalu sebagaimana waktu pasti terus berganti. Allah swt. berfirman:

“Maha Berkah Dzat yang di Tangan-Nyalah kerajaan. Dan Dia Dzat yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yaitu, Dzat yang menciptakan kematian dan kehidupan, agar Dia menguji kalian, mana di antara kalian yang paling baik amalnya.” Al-Mulk:1-2.

“Kafaa bilmauti waidza. Cukuplah kematian itu sebagai pengingat –bagi yang masih hidup-.” Begitu taujih Rasulullah saw.

Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah,

Di akhir tahun 2009 ini, bangsa Indonesia kehilangan mantan Presiden RI ke Empat, KH. Abdur Rahman Wahid –semoga Allah swt. menerima amal kebaikannya dan mengampuni segala kekhilafan nya-. Banyak yang kaget, shock, terutama keluarganya. Namun yang namanya kematian, kalau sudah waktunya, ia tidak bisa ditangguhkan, juga tidak bisa diminta dimajukan sedetik pun. Innaa lillahi wainnaa ilaihi raaji’un.

Pun, umat-umat terdahulu yang umurnya ratusan bahkan ribuan tahun, semua tinggal kenangan. Mereka hanya meninggalkan sejarahnya, sejarah gemilang atau sebaliknya, sejarah kelam. Seorang penyair bersenandung:

Innamaa antum ayyam

Idzaa madzaa minka yaumun

Madza ba’dhah

Kalian adalah rangkaian dari hari-hari

Jika satu hari telah lewat

Berlalulah sebagiannya

Allah swt. berfirman: “Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya.” Ali imran:134

Pergantian tahun adalah juga bermakna berkurangnya umur dunia ini. Berarti hari kiamat kian dekat satu tahun dibanding tahun lalu.

“Setiap orang yang berada di atas bumi pasti akan hancur. Dan Wajah Tuhanmu selamanya Kekal, Dzat yang Maha Tinggi lagi Mulia.” Ar-Rahman: 26-27

Jangan sampai kematian merenggut jiwa kita, sedangkan kita belum siap menghadapinya, sebab ketidaksiapan menjemput maut akan mendatangkan penyesalan berkepanjangan.

“Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan: ‘Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.” Al-Fajr: 23-24

Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah,

Jika kematian terus mengintai setiap yang masih hidup, Lalu apa yang perlu kita persiapkan?

Pertama, segera beristighfar, bertoba dan perbaiki diri.

Menyesali segala alpa dan khilaf yang selama ini memperdaya dan menjerumuskan pada kemaksiatan. Kita sadar bahwa setiap manusia pasti pernah salah, karena “Summiyal insanu insanan linis-yatihi, manusia dikatakan insan, karena sering lupa dan khilafnya.”

Rasulullah saw. memberi contoh akan kesadaran beristighfar, walau beliau tidak pernah salah, beliau setiap hari beristighfar tujuh puluh sampai seratus kali.

Dalam hadits Qudsi, Allah swt. berfirman, Rasulullah saw. bersabda: “Wahai anak Adam, selagi kamu berdoa dan mengharap (ampunan) kepada-Ku, Aku ampuni kesalahan sebesar apapun kesalahan itu, dan Aku tidak peduli kan itu. Wahai anak Adam, andai dosamu seluas langit, lalu kamu beristighfar meminta ampun kepada-Ku, Aku ampuni semuanya, Aku tidak peduli kan itu. Wahai anak Adam, jika kamu datang kepada-Ku dengan membawa kesalahan s- hamparan bumi, kemudian kamu meninggal tidak menyekutukan Aku dengan apa pun, Sungguh Aku akan mencurahkan ampunan seluas hamparan bumi tersebut.” At-Tirmizi, dihasankan Imam Al-Albani.

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”. (Ali Imran: 135)

Kedua, luruskan niat, tegaskan tujuan hidup

Seorang muslim tidak boleh larut dalam putus asa dari rahmat Allah. Tidak boleh bersedih meratapi musibah yang menimpanya. Ia harus bangkit kembali, dengan menegaskan tujuan hidup dan meluruskan niat. Sebab, seseorang yang sudah bertobat, berarti ia telah kembali bersih, laksana baru lahir. “Tobat menghapus kesalahan yang telah lalu.” Imam Bukhari

Hidup adalah untuk ibadah. Waktu adalah pahala, bukan sekedar materi. Allah swt. berfirman: “Wahai manusia, beribadahlah kepada Tuhan kalian, Dzat yang telah Menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian. Agar kalian bertaqwa.” Al-Baqarah:21

Kembali kita segarkan kompas hidup kita. Kembali kita mantapkan arah tujuan keberadaan kita di muka bumi ini. Yaitu ikrar, “Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadah sunnahku, hidup dan matiku, hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam.” Al-An’am:162

Ketiga, canangkan dan wujudkan obsesi hidup

Umar bin Abdul Aziz mencontohkan kepada kita, untuk memiliki obsesi dan cita-cita besar. Suatu ketika ia menegaskan: “Inna lii nafsan thawwaqah. Sungguh saya memiliki obsesi yang sangat besar. Atamanna an akuna amiran limadinatir Rasul. Sungguh saya bermimpi menjadi gubenur Madinah, tempat mercusuar keilmuan dan peradaban, saya siapkan diri untuk itu, dan karenanya saya mewujudkannya. Isytaqqattu an atazawwaja Fatimah binti Abdul Malik Khalifatal muslimin. Saya bermimpi suatu saat bisa mempersunting Fatimah putri Khalifah Abdul Malik, saya berjuang untuk itu dan karenanya saya mendapatkannya. Saya berharap menjadi hafizhul Qur’an, dan saya membuktikannya. Saya bercita-cita menjadi khalifah umat muslim dunia, saya pun meraihnya. Dan saya pun berharap agar Allah swt. memasukkan diriku di dalam jannah-Nya.”

Subhanallah, cita-cita dan obsesi yang sangat besar dan sulit, namun dengan kesungguhan yang beliau miliki, cita-cita itu, satu demi satu bisa beliau raih. Obsesi sukses di dunia, tapi yang lebih penting adalah sukses di akhirat. Apalah arti sukses di dunia, tapi di akhirat sengsara berkepanjangan.

Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah,

Kita canangkan obsesi hidup kita, baik secara personal maupun secara komunal. Secara personal, obsesi setiap manusia beda-beda, sesuai kebutuhan masing-masing. Obsesi untuk merubah status hidup menjadi berumah tangga, misalkan. Menguatkan kembali hubungan keluarga. Berprestasi di tempat kerja atau di tengah-tengah masyarakat, dan seterusnya.

Pun obsesi secara komunal, apalagi sebagai pemimpin. Obsesi untuk memberantas tindak pidana korupsi. Cita-cita mewujudkan pemerintahan dan instansi yang good government dan clean government dan seterusnya. Obsesi itu, tidak sekadar live servis semata, namun kesungguhan yang sebenarnya, karena kebenaran obsesi itulah yang akan mewujudkannya.

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Al-Hadid: 16)

Saatnya kita gunakan sisa umur kita untuk mewujudkan obsesi tertinggi kita, “fiddunya hasanah wafilakhirati hasanah. Yaa Allah kami memohon ridha dan surga-Mu. Yaa Allah kami berlindung diri dari murka dan neraka-Mu.” Amin

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم من الآيات والذكر الحكيم، وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم؛ واستغفروا الله إنه هو الغفور الرحيم.

Kamis, 07 Mei 2009

Menjadi Yang Paling Dicintai

dakwatuna.com - ”Bukan daging-daging unta dan darahnya itu yang dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya…” (Al-Hajj: 37)

Maha Agung Allah yang Menciptakan kehidupan dengan segala kelengkapannya. Ada kelengkapan pokok, ada juga yang cuma hiasan. Sayangnya, tak sedikit manusia yang terkungkung pada jeratan kelengkapan aksesoris.

Berkurbanlah, Anda akan menjadi yang paling kaya

Logika sederhana manusia kerap mengatakan kalau memberi berarti terkurangi. Seseorang yang sebelumnya punya lima mangga misalnya, akan berkurang jika ia memberikan dua mangga ke orang lain. Logika inilah yang akhirnya menghalangi orang untuk berkurban.

Jika bukan karena iman yang dalam, logika ini akan terus bercokol dalam hati. Ia akan terus menenggelamkan manusia dalam kehidupan yang sempit, hingga ajal menjemput. Sulit menerjemahkan sebuah pemberian sebagai keuntungan. Sebaliknya, pemberian dan pengorbanan adalah sama dengan pengurangan.

Rasulullah saw. mengajarkan logika yang berbeda. Beliau saw. mengikis sifat-sifat kemanusiaan yang cinta kebendaan menjadi sifat mulia yang cinta pahala. Semakin banyak memberi, orang akan semakin kaya. Karena kaya bukan pada jumlah harta, tapi pada ketinggian mutu jiwa.

Rasulullah saw. mengatakan, “Yang dinamakan kekayaan bukanlah banyaknya harta benda. Tetapi, kekayaan yang sebenarnya ialah kekayaan jiwa (hati).” (HR. Abu Ya’la)

Berkurbanlah, Anda akan menjadi orang sukses

Sukses dalam hidup adalah impian tiap orang. Tak seorang pun yang ingin hidup susah: rezeki menjadi sempit, kesehatan menjadi langka, dan ketenangan cuma dalam angan-angan. Hidup seperti siksaan yang tak kunjung usai. Semua langkah seperti selalu menuju kegagalan. Buntu.

Namun, tak sedikit yang cuma berputar-putar pada jalan yang salah. Padahal, rumus jalan bahagia sangat sederhana. Di antaranya, kikis segala sifat kikir, Anda akan menemukan jalan hidup yang serba mudah.

Allah swt. berfirman, “Ada pun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan ada pun yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.” (Al-Lail: 5-10)

Kalau jalan hidup menjadi begitu mudah, semua halangan akan terasa ringan. Inilah pertanda kesuksesan hidup seseorang. Semua yang dicita-citakan menjadi kenyataan. Maha Benar Allah dalam firman-Nya, “…dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang sukses.” (Al-Hasyr: 9)

Berkurbanlah, Anda akan sangat dekat dengan Yang Maha Sayang

Sebenarnya, Allah sangat dekat dengan hamba-hambaNya melebihi dekatnya sang hamba dengan urat lehernya. “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya.” (Qaaf: 16)

Namun, ketika ada hijab atau dinding, yang dekat menjadi terasa sangat jauh. Karena hijab, sesuatu menjadi tak terlihat, tak terdengar, bahkan tak terasa sama sekali. Dan salah satu hijab yang kerap menghalangi kedekatan seorang hamba dengan Penciptanya adalah kecintaan pada harta.

Islam tidak mengajarkan umatnya untuk tidak berharta. Atau, menjadi miskin dulu agar bisa dekat dengan Allah swt. Tentu bukan itu. Tapi, bagaimana meletakkan harta atau fasilitas hidup lain cuma di tangan saja. Bukan tertanam dalam hati. Dengan kata lain, harta cuma sebagai sarana. Bukan tujuan.

Karena itu, perlu pembiasaan-pembiasaan agar jiwa tetap terdidik. Dan salah satu pembiasaan itu adalah dengan melakukan kurban. Karena dari segi bahasa saja, kurban berasal dari kata qoroba-yaqrobu-qurbanan artinya pendekatan. Berkurban adalah upaya seorang hamba Allah untuk mengikis hijab-hijab yang menghalangi kedekatannya dengan Yang Maha Sayang.

Berkurbanlah, Anda akan menjadi yang paling dicintai

Setiap cinta butuh pengorbanan. Kalau ada orang yang ingin dicintai orang lain tanpa memberikan pengorbanan, sebenarnya ia sedang memperlihatkan cinta palsu. Cinta ini tidak pernah abadi. Cuma bergantung pada sebuah kepentingan sementara.

Allah swt. Maha Tahu atas isi hati hamba-hambaNya. Mana yang benar-benar mencintai, dan mana yang cuma main-main. Dan salah satu bentuk keseriusan seorang hamba Allah dalam mencari cinta Yang Maha Pencinta adalah dengan melakukan pengorbanan. Bisa berkorban dengan tenaga, pikiran, dan harta di jalan Allah. Dan sebenarnya, pengorbanan itu bukan untuk kepentingan Allah. Allah Maha Kaya. Justru, pengorbanan akan menjadi energi baru bagi si pelaku itu sendiri

Kisah Seorang Ibu Bermata Satu

Kisah Seorang Ibu Bermata Satu
(Seorang sahabat menerjemahkan dari
versi aslinya the Story of The One-Eyed
Mother")

Ibuku hanya memiliki satu mata.
Aku membencinya dia sungguh membuatku
menjadi sangat memalukan.

Dia bekerja memasak buat para murid dan
guru di sekolah untuk menopang keluarga.
Ini terjadi pada suatu ketika aku duduk
di sekolah dasar dan ibuku datang. Aku
sungguh dipermalukan. Bagaimana bisa ia
tega melakukan ini padaku? Aku membuang
muka dan berlari meninggalkannya saat
bertemu dengannya.

Keesokan harinya di sekolah

Ibumu bermata satu?!?!� ?.
eeeee ejek seorang teman.
Akupun berharap ibuku segera lenyap dari
muka bumi ini.

Jadi kemudian aku katakan pada ibuku,
Ma kenapa engkau hanya memiliki satu
mata?! Kalau engkau hanya ingin aku
menjadi bahan ejekan orang-orang ,
kenapa engkau tidak segera mati
saja?!!!� ?

Ibuku diam tak bereaksi.

Aku merasa tidak enak, namun disaat yang
sama, aku rasa aku harus mengatakan apa
yang ingin aku katakan selama ini
Mungkin ini karena ibuku tidak pernah
menghukumku, akan tetapi aku tidak
berfikir kalau aku telah sangat melukai
perasaannya.

Malam itu

Aku terjaga dan bangun menuju ke dapur
untuk mengambil segelas air minum.
Ibuku sedang menangis disana
terisak-isak, mungkin karena khawatir
akan membangunkanku. Sesaat kutatap ia,
dan kemudian pergi meninggalkannya.

Setelah aku mengatakan perasaanku
sebelumnya padanya, aku merasa tidak
enak dan tertekan. Walau demikian, aku
benci ibuku yang menangis dengan satu
mata. Jadi aku bertekad untuk menjadi
dewasa dan menjadi orang sukses .

Kemudian aku tekun belajar. Aku
tinggalkan ibuku dan melanjutkan studiku
ke Singapore.

Kemudian aku menikah. Aku membeli
rumahku dengan jerih payahku. Kemudian,
akupun mendapatkan anak-anak, juga.

Sekarang aku tinggal dengan bahagia
sebagai seorang yang sukses. Aku
menyukai tempat tinggal ini karena
tempat ini dapat membantuku melupakan ibuku.

Kebahagiaan ini bertambah besar dan
besar, ketika

Apa ?! Siapa ini?!

Ini adalah ibuku Masih dengan mata
satunya. Aku merasa seolah-olah langit
runtuh menimpaku. Bahkan anak-anakku
lari ketakutan melihat ibuku yang
bermata satu.

Aku bertanya padanya, Siapa kamu?!. Aku
tidak mengenalmu!! !� ? kukatakan
seolah-olah itu benar. Aku memakinya,
Berani sekali kamu datang ke rumahku
dan menakut-nakuti anak-anakku! KELUAR
DARI SINI!! SEKARANG JUGA!!!� ?.

Ibuku hanya menjawab, Oh, maafkan aku.
Aku mungkin salah alamat.� ?
Kemudian ia berlalu dan hilang dari
pandanganku.

Oh syukurlah Dia tidak mengenaliku. Aku
agak lega. Kukatakan pada diriku kalau
aku tidak akan khawatir, atau akan
memikirkannya lagi. Dan akupun menjadi
merasa lebih lega

Suatu hari, sebuah undangan menghadiri
reuni sekolah dikirim ke alamat rumahku
di Singapore. Jadi, aku berbohong pada
istriku bahwa aku akan melakukan
perjalanan dinas. Setelah menghadiri
reuni sekolah, aku mengunjungi sebuah
gubuk tua, dulu merupakan rumahku Hanya
sekedar ingin tahu saja.

Di sana , aku mendapati ibuku terjatuh
di tanah yang dingin. Tapi aku tidak
melihatnya ia mengeluarkan air mata. Ia
memegang selembar surat ditangannya
Sebuah surat untukku.

Anakku
Aku rasa hidupku cukup sudah kini
Dan aku tidak akan pergi ke Singapore lagi
Tapi apakah ini terlalu berlebihan bila
aku mengharapkan engkau yang datang
mengunjungiku sekali-kali? Aku sungguh
sangat merindukanmu

Dan aku sangat gembira ketika kudengar
bahwa engkau datang pada reuni sekolah .
Tapi aku memutuskan untuk tidak pergi ke
sekolahan. Demi engkau

Dan aku sangat menyesal karna aku hanya
memiliki satu mata, dan aku telah sangat
memalukan dirimu.

Kau tahu, ketika engkau masih kecil,
engkau mengalami sebuah kecelakaan, dan
kehilangan salah satu matamu. Sebagai
seorang ibu, aku tidak bisa tinggal diam
melihat engkau akan tumbuh besar dengan
hanya memiliki satu mata. Jadi kuberikan
salah satu mataku untukmu

Aku sangat bangga akan dirimu yang telah
dapat melihat sebuah dunia yang baru
untukku, di tempatku, dengan mata
tersebut. Aku tidak pernah merasa marah
dengan apa yang kau pernah kau lakukan
Beberapa kali engkau memarahiku

Aku berkata pada diriku, Ini karena ia
mencintaiku

Teman-temanku

Pesan (di atas) ini sungguh memiliki
sebuah arti yang sangat mendalam dan
dikirim untuk mengingatkan banyak orang
bahwa kebaikan yang telah mereka nikmati
selama ini adalah berkat seseorang,
entah secara langsung maupun tidak langsung.
Renungkan sesaat dan lihatlah dirimu!.

Berterima kasihlah akan apa yang kamu
miliki saat ini dibandingkan dengan
jutaan orang yang tidak memiliki
kehidupan seperti yang engkau peroleh
saat ini !

Bawalah (selalu) ibumu dalam doa di
mana saja engkau berada !�?

------

The Story of the One-Eyed Mother

My mom only had one eye.
I hated her... she was such an
embarrassment. ..
She cooked for students & teachers...to
support the family.
There was this one day during elementary
school and my mom came.
I was so embarrassed. How could she do
this to me?
I threw her a hateful look and ran out.

The next day at school...
"Your mom only has one eye?!?!"...eeeee
said a friend.
I wished my mom would just disappear
from this world.
So I said to my mom, "Mom... Why don't
you have the other eye?!
If you're only gonna make me a laughing
stock, why don't you just
die?!!!"

My mom did not respond...
I guess I felt a little bad, but at the
same time, it felt good to
think that I had said what I'd wanted to
say all this time...
Maybe it was because my mom hadn't
punished me, but I didn't think
that I had hurt her feelings very badly.

That night...
I woke up, and went to the kitchen to
get a glass of water.
My mom was crying there, so quietly, as
if she was afraid that she
might wake me.
I took a look at her, and then turned away.
Because of the thing I had said to her
earlier, there was something
pinching at me in the corner of my heart.
Even so, I hated my mother who was
crying out of her one eye.
So I told myself that I would grow up
and become successful.

Then I studied real hard. I left my
mother and went to Singapore to
study.

Then, I got married. I bought a house of
my own. Then I had kids,
too...
Now I'm living happily as a successful man.
I like it here because it's a place that
doesn't remind me of my mom.

This happiness was getting bigger and
bigger, when...

What?! Who's this?!
It was my mother...Still with her one eye.
I felt as if the whole sky was falling
apart on me.
Even my children ran away, scared of my
mom's eye.
And I asked her, "Who are you?!" "I
don't know you!!!" as if trying to
make that real.
I screamed at her, "How dare you come to
my house and scare my
children!"
GET OUT OF HERE! NOW!!!"

And to this, my mother quietly answered,
"Oh, I'm so sorry.
I may have gotten the wrong address,"
and she disappeared out of sight.

Thank goodness... She doesn't recognize
me. I was quite relieved.
I told myself that I wasn't going to
care, or think about this for the
rest of my life.
Then a wave of relief came upon me...

One day, a letter regarding a school
reunion came to my house in
Singapore.
So, lying to my wife that I was going on
a business trip, I went. After
the reunion, I went down to the old
shack, that I used to call a
house... Just out of curiosity

There, I found my mother fallen on the
cold ground. But I did not shed
a single tear.
She had a piece of paper in her
hand....It was a letter to me.

"My son...
I think my life has been long enough now...
And... I wont visit Singapore anymore...
But would it be too much to ask if I
wanted you to come visit me once
in a while? I miss you so much..
And I was so glad when I heard you were
coming for the reunion. But I
decided not to go to the school.
For you...
And I'm sorry that I only have one eye,
and I was an embarrassment for
you.

You see, when you were very little, you
got into an accident, and lost
your eye.
As a mom, I couldn't stand watching you
having to grow up with only one eye...
So I gave you mine...
I was so proud of my son that was seeing
a whole new world for me, in
my place, with that eye.
I was never upset at you for anything
you did..
The couple times that you were angry
with me.. I thought to myself,
'It's because he loves me..'
My son... Oh, my son... "

This message has a very deep meaning and
is passed to remind people of
the goodness they have enjoy was because
of others directly or
indirectly.
Pause a moment and consider your life!
Be thankful of what you have today
compared to many millions who do not
live lives as you do!